Laman

Kamis, 29 Desember 2011

Interaksi Sosial


Interaksi Sosial
Hal terpenting dari interaksi sosial adalah tidak terlepas dari konsep tindakan atau perilaku manusia. Karena melakukan hubungan dengan orang lain melahirkan tindakan-tindakan yang akan menunjukkan variasi hubungan dengan proses berpikir, tujuan yang akan dicapai, dan cara bagaimana mencapai tujuan itu. Sebagai makhluk sosial, tindakan manusia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan sosial. Adanya pengaruh timbal balik itu dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga atau yang lebih luas lagi di dalam lingkungan masyarakat. Itulah sebabnya tindakan yang dilakukan oleh manusia disebut tindakan sosial.
Menurut Max Weber, tindakan sosial adalah tindakan yang mempunyai makna, tindakan yang dilakukan seseorang dengan memperhitungkan keberadaan orang lain atau tindakan individu yang dapat memengaruhi individu-individu lain dalam masyarakat. Hal itu perlu diperhatikan mengingat tindakansosial menjadi perwujudan dari perhubungan atau interaksi sosial. Jadi tindakan sosial adalah tindakan atau perilaku manusia yang mempunyai maksud subjektif bagi dirinya, untuk mencapai tujuan tertentu dan juga merupakan perwujudan dari pola pikir individu yang bersangkutan. Pada dasarnya tindakan sosial dapat dibedakan menjadi empat tipe yaitu:
1.      Tindakan Sosial Instrumental
Tindakan sosial instrumental dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara yang digunakan dan tujuan yang akan dicapai. Tindakan ini bersifat rasional (masuk akal). Artinya, tindakan ini didasari oleh tujuan yang telah matang dipertimbangkan. Misalnya, ketika seseorang memutuskan membeli rumah dibanding mobil karena rumah merupakan kebutuhan pokok yang harus segera dipenuhi untuk tempat berlindung anggota keluarganya dari pada mobil yang mungkin sebatas kebutuhan sekunder atau bahkan tersier.
2.      Tindakan Sosial Berorientasi Nilai
Tindakan sosial berorientasi nilai dilakukan dengan memperhitungkan manfaatnya, tetapi tujuan yang ingin dicapai tidak terlalu dipertimbangkan. Tindakan seperti ini menyangkut kriteria baik dan benar menurut penilaian masyarakat. Tercapai atau tidaknya tujuan bukan persoalan dalam tindakan sosial tipe ini. Yang penting adalah kesesuaian dengan nilai-nilai dasar yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.


3.      Tindakan Sosial Tradisional
Tindakan sosial ini dilakukan tanpa perhitungan secara matang, melainkan lebih karena kebiasaan yang berlaku selama ini dalam masyarakat. Itulah sebabnya, tindakan ini cenderung dilakukan tanpa suatu rencana terlebih dahulu, baik tujuan maupun caranya karena pada dasarnya mengulang dari sudah dilakukan sebelumnya. Cotohnya, berbagai tradisi yang sering dilakukan masyarakat suku bangsa di Indonesia. Seperti upacara pembakaran mayat di Bali disebut ngaben.
4.      Tindakan Afektif
Tindakan sosial afektif tergolong tindakan yang irasional, Karen asebagian besar tindakan dikuasai oleh perasaan (afeksi) ataupun emosi, tanpa perhitungan, atau pertimbangan yang matang. Perasaan entah marah, cinta, gembira, atau sedih muncul begitu saja sebagai ungkapanlangsung terhadap keadaan tertentu. Itulah sebabnya tindakan sosial ini lebih berupa reaksi spontan. Misalnya, ungkapan kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya dengan memeluk atau mencium.
Interaksi sosial dalam sosiologi sangat kompleks. Dalam berinteraksi sosial, manusia selalu membutuhkan instrumen syarat yang saling berhubungan. Tanpa syarat yang lengkap, interaksi sosial akan berjalan tumpang. Adapun syarat interaksi sosial dalam sosiologi adalah:
1.      Kontak Sosial
Kata kontak berasal dari “con” atau “cum” yang artinya bersamasama dan kata “tsango” yang artinya menyentuh. Jadi secara harfiah kontak berarti saling menyentuh. Tetapi dalam sosiologi, kata kontak tidak hanya berarti saling menyentuh secara fisik belaka. Sebagai gejala social yang saling berhubungan, berhadapan/bertatap muka antara dua orang individu atau kelompok tanpa bersentuhan secara fisik satu sama lain. Kontak hanya mungkin berlangsung apabila kedua belah pihak sadar akan kedudukan atau keadaan masing-masing. Artinya, kontak memerlukan kerja sama kedua belah pihak.
Dalam kehidupan sehari-hari wujud kontak sosial dapat dibedakan menjadi:
a.      Kontak antarindividu, kontak yang terjadi antara individu dengan individu. Misalnya, kontak antarteman, kontak anak dengan ibunya, kontak guru dengan siswanya, dan lain-lain.
b.      Kontak antarkelompok, kontak yang terjadi antara kelompok satu dengan kelompok yang lain. Misalnya, kontak bisnis antar perusahaan.
c.       Kontak antarindividu dengan kelompok, kontak yang terjadi antara individu dengan suatu kelompok tertentu. Misalnya, kontak calon anggota DPR dengan DPR sebagai lembaga legislatif. Sedangkan dilihat dari langsung tidaknya kontak tersebut terjadi, kontak dibedakan menjadi:
a.      Kontak primer, yaitu hubungan timbal balik yang terjadi secara langsung. Kontak seperti itu disebut pula kontak langsung. Misalnya, tatap muka, saling memberikan senyum, dan lain-lain.
b.      Kontak sekunder, yaitu kontak sosial yang memerlukan pihak ketiga sebagai media untuk melakukan timbal balik. Kontak seperti itu disebut pula kontak tidak langsung. Misalnya, seorang pengusaha yang meminta sekretarisnya untuk menyampaikan pesan kepada kliennya.
2.      Komunikasi Sosial
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin, “communicare” yang artinya memberi atau menanamkan. Kata communicare itu sendiri berakar dari kata “communis” yang artinya umum. Komunikasi mempunyai banyak makna. Secara sederhana bisa diartikan tidakan atau perbuatan mengirimkan atau meneruskan sesuatu. Salah satunya adalah pesan/ informasi secara lisan maupun tulisan. Komunikasi dapat diartikan suatu cara menyampaikan pesan dari satu pihak ke pihak yang lain sehingga terjadi pengertian bersama. Pengertian komunikasi lebih ditekankan pada bagaimana pesan tersebut diproses. Orang yang menyampaikan komunikasi disebut komunikator. Orang yang menerima komunikasi disebut komunikan. Pada umumnya komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, maka komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan atau kode tertentu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa isyarat atau bahasa nonverbal. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapatdipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi tersebut dapat efektif apabila pesan yang disampaikan ditafsirkan sama oleh pihak penerima pesan tersebut. Interaksi sosial sebagai aksi dan reaksi yang timbal balik dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berada di luar individu. Hal ini memang tidak bias dilepaskan dari faktor-faktor yang menjadi dasar terbentukya proses interaksi sosial. Menurut Soekanto (1982 : 56 - 57) adapun 4 faktor yaitu:
a.     Imitasi
Imitasi adalah tindakan sosial meniru sikap, tindakan, tingkah laku, atau penampilan fisik seseorang secara berlebihan. Sebagai suatu proses,ada kalanya imitasi berdampak positif apabila yang ditiru tersebut individuindividu yang baik menurut pandangan masyarakat. Akan tetapi imitasi bisa juga berdampak negatif apabila sosok individu yang ditiru berlawanan dengan pandangan umum masyarakat. Sebagai contoh, seorang remaja yang meniru cara berpakaian idolanya.
b.      Sugesti
Sugesti adalah pemberian pengaruh atau pandangan dari satu pihak kepada pihak lain. Akibatnya pihak yang dipengaruhi akan tergerak  mengikuti pengaruh/pandangan tersebut dan menerimanya secara sadar atau tidak sadar tanpa berpikir panjang. Sugesti biasanya dilakukan dari orang-orang yang berwibawa dan memiliki pengaruh besar di lingkungan sosialnya. Akan tetapi, sugesti dapat pula berasal dari kelompok besar (mayoritas) terhadap kelompok kecil (minoritas) ataupun orang orang dewasa terhadap anak-anak. Cepat atau lambatnya proses sugesti ini sangat tergantung pada usia, kepribadian, kemampuan intelektualnya dan keadaan fisik seseorang. Sebagai contoh, kampanye yang dilakukan oleh calon presiden untuk menarik massa agar memberikan pilihan kepadanya.
c.       Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan dalam diri seseorang untuk
menjadi sama dengan orang lain. Orang lain yang menjadi sasaran identifikasi dinamakan idola. Identifikasi merupakan bentuk lanjut dari proses imitasi dan proses sugesti yang pengaruhnya telah amat kuat. Biasanya proses identifikasi berlangsung secara kurang disadari oleh seseorang. Namun, yang pasti, sang idola yang menjadi sasaran identifikasi benar-benar dikenal entah langsung (face to face) ataupun tidak langsung (melalui media informasi). Misalnya seorang bawahan yang berusaha meng– identifikasikan dirinya dengan sang atasan karena rasa kekaguman yang mendalam se-hingga semua hal dikaitkan dengan identifikasi atasan.
d.      Simpati
Simpati adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik dengan orang lain. Rasa tertarik ini didasari atau didorong oleh keinginan- keinginan untuk memahami pihak lain, memahami perasaannya ataupun bekerja sama dengannya. Dibandingkan dengan ketiga factor interaksi sosial sebelumnya, simpati terjadi melalui proses yang relative lambat. Namun pengaruh simpati lebih mendalam dan tahan lama. Agar simpati dapat berlangsung diperlukan adanya saling pengertian antara kedua belah pihak. Pihak yang satu terbuka mengungkapkan pikiran ataupun isi hatinya. Sedangkan pihak yang lain mau menerimanya. Itulah sebabnya simpati menjadi dasar hubungan persahabatan.

Ø  Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial terbagi dua, yaitu proses asosiatif (kerja sama, akomodasi, asimilasi, akulturasi) dan proses disosiatif (persaingan, kontravensi, pertikaian, konflik sosial).
1.      Proses Asosiatif
a.      Kerja sama
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama dilakukan sejak manusia berinter-aksi dengan sesamanya. Kebiasaan dan sikap mau bekerja sama dimulai sejak kanak-kanak, mulai dalam kehidupan keluarga lalu meningkat dalam kelompok sosial yang lebih luas. Kerja sama berawal dari kesamaan orientasi. Menurut Charles H Cooley, seperti dikutip Soekanto (1982 : 66) Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mem-punyai kepentingankepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk meme-nuhi kepentingan tersebut. Kesadaran akan adanya kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam menjalin kerja sama. Kerja bakti atau gotong royong, misalnya, merupakan salah satu contoh bentuk kerja sama. Lebih lanjut, bentuk kerja sama dibagi menjadi 4 yaitu:
1)    Kerja sama spontan, yaitu kerja sama yang terjadi secara serta merta.
2)   Kerja sama langsung, yaitu kerja sama sebagai hasil dari perintah atasan kepada bawahan atau penguasa terhadap rakyatnya.
3)   Kerja sama kontrak, yaitu kerja sama atas dasar syarat-syarat atau ketetapan tertentu, yang disepakati bersama.
4)   Kerja sama tradisional, yaitu kerja sama sebagian atau unsur-unsur tertentu dari sistem sosial.

b.      Akomodasi
Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri dari orang perorang atau kelompok-kelompok manusia yang semula saling bertentangan sebagai upaya untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Tujuan dari akomodasi adalah terciptanya keseimbangan interaksi sosial dalam kaitannya dengan norma dan nilai yang ada di dalam masyarakat. Ini dapat digunakan untuk menyelesaikan pertentangan, entah dengan menghargai kepribadian yang berkonflik atau dengan cara paksaan atau tekanan. Bentuk-bentuk akomodasi antara lain:
1)      Coersion
Suatu bentuk akomodasi yang terjadi melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain yang lebih lemah.
2)      Kompromi
Suatu bentuk akomodasi ketika pihak-pihak yang terlibat perselisihan saling mengurangi tuntutan agar tercapai suatu penyelesaian, semua pihak bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya.
3)      Arbitrasi
Suatu bentuk akomodasi apabila pihak-pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai kompromi sendiri. Untuk itu, akan diundang pihak ketiga yang tidak memihak (netral) untuk mengusahakan penyelesaian pertentangan tersebut. Pihak ketiga disini dapat pula ditunjuk atau dilaksanakan oleh suatu badan yang dianggap berwenang.
4)      Mediasi
Suatu bentuk akomodasi yang hampir sama dengan arbitrasi. Namun, pihak ketiga yang bertindak sebagai penengah atau juru damai tidak mempunyai wewenang untuk memberi keputusan-keputusan penyelesaian perselisihan antara kedua belah pihak.

5)      Konsiliasi
Suatu bentuk akomodasi untuk mempertemukan keinginankeinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
6)      Toleransi
Suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang resmi. Biasanya terjadi karena adanya keinginan-keinginan untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari perselisihan yang saling merugikan kedua belah pihak.
7)      Stalemate
Suatu bentuk akomodasi ketika kelompok yang terlibat pertentangan mempunyai kekuatan seimbang.
8)      Ajudikasi
Penyelesaian masalah atau sengketa melalui pengadilan atau jalur hukum.
c.       Asimilasi
Menurut Soerjono Soekanto, asimilasi merupakan proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses mental dengan memperhatikan tujuan dan kepentingan bersama. Artinya, apabila orang-orang melakukan asimilasi ke dalam suatu kelompok manusia atau masyarakat maka tidak lagi membedakan dirinya dengan kelompok tersebut. Secara singkat proses asimilasi adalah peleburan dua kebudayaan menjadi satu kebudayaan. Tetapi hal ini tidak semudah yang dibayangkan karena banyak faktor yang memengaruhi suatu budaya itu dapat melebur menjadi satu kebudayaan. Adapun factor-faktor yang mempermudah terjadinya asimilasi adalah:
1) Adanya sikap toleransi terhadap kebudayaan lain.
2) Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi.
3) Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya.
4) Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.
5) Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.
6) Perkawinan campuran (amalgamation).
7)  Adanya musuh bersama dari luar dari luar.
Sedangkan faktor-faktor yang menghambat terjadinya asimilasi adalah:
1)      Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat.
2)      Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi.
3)      Perasaan takut terhadap kekuatan kebudayaan yang dihadapi.
4)      Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
5)      Perbedaan ciri-ciri badaniah seperti warna kulit.
6)      In-group feeling (perasaan yang kuat) terhadap budaya kelompoknya.
7)      Apabila golongan minoritas mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa.
d.      Akulturasi
Menurut Koentjaraningrat, akulturasi diartikan sebagai suatu proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari kebudayaan asing dengan sedemikian rupa sehingga unsur-unsurnya kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Proses akulturasi yang berlangsung dengan baik dapat menghasilkan integrasi unsur-unsur kebudayaan asing dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Yang paling mudah menerima kebudayaan asing adalah generasi muda. Coba kalian amati begitu mudahnya kalian menerima perkembangan model rambut penyanyi barat atau model pakaian artis luar negeri. Biasanya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah unsur kebudayaan kebendaan, peralatan-peralatan yang sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat seperti komputer, handphone, mobil, dan lain-lain. Sedangkan unsur kebudayaan asing yang sulit diterima adalah unsur kebudayaan yang menyangkut ideologi, keyakinan atau nilai tertentu yang menyangkut prinsip hidup seperti komunisme, kapitalisme, liberalisme, dan lain-lain.


2.      Proses Disosiatif
a.      Persaingan
Persaingan merupakan suatu proses sosial ketika ada dua pihak atau lebih saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu. Persaingan terjadi apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang jumlahnya sangat terbatas atau sesuatu yang menjadi pusat perhatian umum. Persaingan memiliki beberapa fungsi yaitu:
1)        Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang sama-sama menuntut dipenuhi, padahal sulit dipenuhi semuanya secara serentak.
2)        Menyalurkan kepentingan serta nilai-nilai dalam masyarakat, terutama kepentingan dan nilai yang menimbulkan konflik.
3)        Menyeleksi individu yang pantas memperoleh kedudukan serta peranan yang sesuai dengan kemampuannya.
b.      Kontravensi
Kontravensi merupakan proses sosial yang ditandai oleh ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan yang tidak diungkapkan secara terbuka. Penyebabnya antara lain perbedaan pendirian antara kalangan tertentu dengan kalangan lain dalam masyarakat, atau bisa juga dengan pendirian masyarakat. Menurut Leopold von Wise dan Howard Becker, bentuk kontravensi adalah:
1) Kontravensi umum, misalnya penolakan, mengancam pihak lain, perlawanan.
2) Kontravensi sederhana, misalnya menyangkal pernyataan orang di depan umum.
3) Kontravensi intensif, misalnya penghasutan atau penyebaran isu.
4) Kontravensi rahasia, misalnya pembocoran rahasia.
5) Kontravensi taktis, mengejutkan pihak lain, provokasi, dan intimidasi.
c.       Pertikaian
Pertikaian merupakan proses sosial bentuk lanjut dari kontravensi. Artinya dalam pertikaian perselisihan sudah bersifat terbuka. Pertikaian terjadi karena semakin tajamnya perbedaan antara kalangan tertentu dalam masyarakat. Pertikaian dapat muncul apabila individu atau kelompok berusaha memenuhi kebutuhan atau tujuannya dengan jalan menentang pihak lain dengan cara ancaman atau kekerasan.

d.      Konflik
Konflik secara umum memang sering terjadi di dalam masyarakat sebagai gejala sosial yang alami. Menurut Soerjono Soekanto, konflik adalah suatu proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuan dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Konflik selama ini banyak dipersamakan dengan kekerasan. Namun sesungguhnya konflik berbeda dengan kekerasan. Kekerasan adalah perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau juga menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Konflik dapatberubah menjadi kekerasan apabila upaya-upaya yang berkaitan dengan tuntutan akan dapat menimbulkan gerakan yang mengarah pada kekerasan. Menurut Robert Lawang, konflik adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status, kekuasaan, dimana tujuan dari mereka yang berkonflik tidak hanya memperoleh keuntungan tetapi juga untuk menundukkan saingannya. Konflik sosial merupakan proses sosial antarperorangan atau kelompok suatu masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara pihak yang bertikai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar